“Awalnya aku mau ngomong baik-baik sama kamu Rin, tapi kamu malah bikin aku emosi. Aku ke sini bela-belain datang untuk kamu tahu!” ucap Andito tidak mau disalahkan. “Memangnya aku nyuruh kamu datang ke sini Dit? Enggak! Silakan saja kamu sibuk sama kegiatanmu itu. Bukannya aku tidak penting untuk kamu kan?” air mata Marini mulai jatuh. Hening beberapa saat. Keduanya terlarut dalam pikiran masing-masing. Marini menghapus air matanya dan Andito duduk termenung dalam kesendirian. “Oke, aku minta maaf Rin. Aku mengaku salah, tapi please.. jangan membuatku menjadi orang bodoh seperti ini Rin,” rengeknya. “Kenapa mesti minta maaf? Kamu nggak salah kok Dit. Seharusnya dari awal aku sudah tahu nantinya akan seperti ini. Tapi jujur, aku udah nggak tahan Dit,” Marini menundukkan kepalanya. “Please Rin, aku nggak mau kehilangan kamu. Aku janji, aku bakalan berusaha untuk bisa lebih mengerti kamu. Beri aku kesempatan satu kali lagi Rin.” “Satu kali? Aku udah kasih kamu kesempatan beberapa kali Di
My Life, Your Life, and Our Life...