Langsung ke konten utama

Senja dengan Biru (Part I)

Ahh rindu itu memang benar-benar membuat bingung. Terkadang manis, namun pahit juga sering sekali terasakan. Rindu benar-benar membuatku rindu pada kerinduan yang sudah lama tidak aku dapatkan. Andai saja, Rindu ada didekatku, tak akan kubiarkan ia pergi dari kerinduan ini.
Senja memang manis, tetapi Rindu lebih sempurna. Rindu hadir, ketika aku merindukan Senja yang dulu. Tidak, aku sama sekali tidak terfikir akan menemukan kerinduan selain dari wanita yang selama ini telah membuatku menunggu. Aku rindu pada Senja, namun dia semakin menjauh dari kerinduanku. Aku yakin tentang Senja, ia berkata akan kembali secepatnya kepadaku. Namun, secepat apa ia akan kembali, jika puluhan senja telah aku lewati tanpanya. Ya, tanpanya!
Aku bukan lelaki yang mudah merindukan wanita lain, tapi Senja yang memaksaku untuk mencari kerinduan lain. Entahlah, dia tidak pernah memberiku kabar, bahkan sepucuk surat, yang konon lebih romantis, menurut orang lain. Sebelumnya memang tidak pernah ada ikatan diantara kita. Baik aku, ataupun Senja, hanya ingin saling menjaga dan melengkapi. Tidak seperti pasangan lain, yang membuat ikatan ditanggal yang sudah direncanakan, atau tanggal yang dibuat lebih spesial dari tanggal lain. Padahal, menurutku sama saja. Tanggal itu hanya dari satu sampai tiga puluh, terkadang ada tanggal yang lebih, dan aku anggap itu sebagai tanggal bonus.
Aku dan Senja hanya bertemu dan meyakini satu sama lain, tidak ada pemberian bunga, coklat ataupun kata-kata yang dibuat indah seumpama puisi. Aku dan Senja, hanya menjalani takdir yang saat itu menghampiri kami, pada senja dan bisikan angin. Oh iya, deburan ombak itu salah satu saksi takdir diantara kami.
Saat itu aku hanya ingin menikmati senja, tanpa bermimpi akan menemukan Senja. Layaknya senja di pantai timur, ia memang cantik dan manis. Siapa sangka, pertemuan kami itu menjadi awal kerinduan ini.
“Senja.” Dia mengulurkan tangan, layaknya orang yang mengajak berkenalan. Aku tidak sampai berfikir untuk menolak uluran tangan itu, walaupun dalam jiwa bertanya-tanya, kenapa ada wanita secantik senja, yang tiba-tiba menghampiri dan mengajakku berkenalan.
Dia duduk disebelahku, padahal tidak aku persilahkan sama sekali. Aku semakin heran, dan berfikir ada yang salah dengan wanita bernama Senja itu. Kebingungan itu, membuatku lupa akan namaku sendiri.
“Biru.” Ujarku setelah beberapa putaran jarum jam detik dilenganku. Saat itu, kami hanya menikmati senja, dan menunggu datangnya kerinduan. Aku mengenalnya, dan aku merasa dekat. Kami menikmati senja, karena alasan yang sama.
“Aku akan menunggumu, pada senja yang akan datang,” bisikku tepat ketika Senja beranjak. Senja tersenyum, dan berkata samar yang hampir tidak aku dengar.  “Esok kita akan bertemu kembali,” dengarku sedikit ragu-ragu.  (bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Saat Foto Box

Anak muda sekarang nggak foto-foto ? hmm... kayaknya kurang gaul deh, soalnya di jaman yang udah canggih ini, difoto itu udah jadi kebiasaan baru bagi remaja sekarang. Ada beberapa tips nih buat kalian yang suka foto box. 1. Pilih tempat yang nyaman Biasanya foto box itu suka ada di tempat-tempat yang ramai, seperti mall, plaza dll. Nah kalian tinggal pilih tempat yang paling menarik perhatian dan tentunya bagus juga. 2. Ajak teman atau orang terdekat kita Pastinya nggak asik dong kalau kita foto-foto sendiri, apalagi kalo difoto box , kesannya itu bakalan nggak hidup, terus kita juga nggak ada temen buat ber-ekspresi. 3. Berganti gaya dengan cepat Kalian harus tau, Foto box nggak seperti foto biasa, jadi setiap satu kali foto, kita harus cepet-cepet ganti gaya lagi, soalnya foto box itu diwaktu. Jadi sebelum kita difoto, kita harus mikirin gaya dan ekspresi apa aja yang bakalan kita tunjukin. 4. Tunjukin gaya yang paling keren Sia-sia dong kalo pas lagi di foto, gaya kita cuma biasa-

One Team, One Spirit, One Goal !!

Pemberian Simulasi Penulisan Salah satu kru layout Xpresi (Imam) mempresentasikan dami buatannya Masih kru layout Xpresi (Teteng Randi) mempresentasikan dami halaman galerinya Reporter Xpresi, belajar wawancara dan membuat artikel Wawancara bertemakan kehidupan anak gank di sekolah Teteng, Imam dan Riko, simulasi membuat dami untuk halaman All crew Xpresi memulai simulasi

Senja dengan Biru

Aneh, menurutku aneh saja tiba-tiba ada wanita yang menghampiriku, mengulurkan tangannya,  duduk disebelahku tanpa dipersilahkan, dan menatap senja bersama-sama. Aku sendirian, dia pun sama. Kami tidak banyak bicara, tetapi kami merasa dekat satu sama lain. Aku mengenal Senja seperti senja yang biasa aku lihat, dia datang dan pergi begitu saja. Kami bertemu, di satu minggu itu kami selalu menatap senja bersama-sama. Kami hanya sebagai penikmat senja, yang kebetulan dipertemukan, atau mungkin memang ditakdirkan untuk bertemu. Ya, aku percaya Pencipta senja itu telah menyusun rencana untuk mempertemukan kami. “Mengapa namamu Senja?” tanyaku tanpa berharap jawaban. Tatapanku tidak bertitik, sesekali memang menoreh kepada Senja, tapi segera ku alihkan kembali kepada senja yang lain ketika dia mulai menyadari sedang diperhatikan. “Aku menyukai senja sejak kecil, orang tuaku juga sama-sama penikmat senja, kami selalu menikmati senja bersama,” ujar gadis bernama Senja itu. Rambutnya ya