“Aku ikut tidur bentar Mel,” pintaku saat memasuki kamar yang bernuansa pink miliknya. Amel hanya terdiam, tidak mengiyakan atau menolak pintaku. Dia memang mengerti aku, dan dia tidak akan memaksaku untuk bercerita di saat situasi seperti ini. Aku hanya ingin tertidur untuk beberapa saat, dan berharap semua masalah yang sedang menimpaku ini hanyalah mimpi buruk. Tetapi sepertinya, keinginanku itu sulit untuk menjadi kenyataan. Karena memang saat ini aku sedang tidak bermimpi, semua yang aku rasakan itu nyata dan memang benar-benar terjadi. Setelah beberapa saat menutup mata (hanya menutup mata, tidak tertidur), perasaanku mulai tenang, dan disitulah aku memberanikan diri untuk bercerita semua bebanku kepada Amel. Mulutku mulai berucap dan mengeluarkan kata demi kata. Aku bercerita semuanya, tentang keluargaku, beban hidupku dan Dimas. Ya, Amel cukup marah, ketika aku bercerita tentang Dimas, karena sebelumnya aku belum pernah bercerita kepadanya. Amel tidak tahu kalau aku mempunyai te
My Life, Your Life, and Our Life...