Langsung ke konten utama

Ruang Rindu Part III

“Awalnya aku mau ngomong baik-baik sama kamu Rin, tapi kamu malah bikin aku emosi. Aku ke sini bela-belain datang untuk kamu tahu!” ucap Andito tidak mau disalahkan.

“Memangnya aku nyuruh kamu datang ke sini Dit? Enggak! Silakan saja kamu sibuk sama kegiatanmu itu. Bukannya aku tidak penting untuk kamu kan?” air mata Marini mulai jatuh.

Hening beberapa saat. Keduanya terlarut dalam pikiran masing-masing. Marini menghapus air matanya dan Andito duduk termenung dalam kesendirian.

“Oke, aku minta maaf Rin. Aku mengaku salah, tapi please.. jangan membuatku menjadi orang bodoh seperti ini Rin,” rengeknya.

“Kenapa mesti minta maaf? Kamu nggak salah kok Dit. Seharusnya dari awal aku sudah tahu nantinya akan seperti ini. Tapi jujur, aku udah nggak tahan Dit,” Marini menundukkan kepalanya.

“Please Rin, aku nggak mau kehilangan kamu. Aku janji, aku bakalan berusaha untuk bisa lebih mengerti kamu. Beri aku kesempatan satu kali lagi Rin.”

“Satu kali? Aku udah kasih kamu kesempatan beberapa kali Dit, tapi apa hasilnya? Nothing! Aku malah tambah sakit Dit.”

“Maaf…..” lagi-lagi Andito meminta maaf.

“Sudahlah kamu pulang saja, jangan biarkan kegiatan kamu menumpuk cuma gara-gara aku,” Marini mulai beranjak pergi meninggalkan Andito.

“Riinnnnn……,” teriak Andito parau.

Sayang, panggilan Andito itu tidak membuat Marini menoleh sedikit pun. Dia pergi meninggalkan Andito begitu saja. Andito hanya bisa diam dan pasrah dengan sikap Marini terhadapnya.

“Maafkan aku Dit,” desah Marini sambil berjalan.

Walaupun Marini meninggalkan Andito, tetapi dia tidak kembali ke acara tersebut, dia memilih untuk pulang ke rumahnya.

‘Git, maaf, aku nggak bisa balik lagi ke acara. Aku kurang enak badan. Sampaikan juga ke yang lainnya ya.’ 
Marini mengirimkan pesan ke Inggit, teman satu timnya.

Setelah bertemu Andito, perasaan Marini jadi tidak menentu. Mungkin karena bimbang dan merasa bersalah. Untungnya, kawan satu timnya itu mengerti dengan apa yang dia rasakan.

Jadi, kamu nggak bakalan maafin aku Rin? Kamu mau hubungan kita sampai disini aja? Kamu nggak sayang sama aku? Terus semua yang pernah kita lewati, akan kamu lupakan begitu saja?’ Kali ini, Andito mengirimkan wall ke dinding Facebooknya Marini. Berharap, dia akan membaca, dan semua teman-temannya akan membantu untuk memperbaiki hubungannya.

Benar saja, yang mengomentari wall itu bukan satu atau dua tiga orang, tetapi hampir semua teman baik Marini mengomentarinya. Dan komentarnya, tentu saja mereka ingin melihat hubungan Andito dan Marini kembali membaik lagi.

Mungkin karena banyak orang yang ramai mengomentari wall Andito, membuat Marini tergerak untuk menuliskan beberapa kalimat di wall nya tersebut.

‘Kalian nggak ngerti aku, kalian nggak tahu bagaimana perasaanku. Jadi lebih baik kalian diam saja. Biarkan aku untuk tenang dan melupakan semuanya.’

Komentar Marini tersebut membuat hati Andito sangat terpukul. Kali ini dia benar-benar merasa bersalah. “Ternyata kamu benar-benar marah Rin,” ucap Andito sedih. (bersambung)
Oleh: Retno Dyah Pekerti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Saat Foto Box

Anak muda sekarang nggak foto-foto ? hmm... kayaknya kurang gaul deh, soalnya di jaman yang udah canggih ini, difoto itu udah jadi kebiasaan baru bagi remaja sekarang. Ada beberapa tips nih buat kalian yang suka foto box. 1. Pilih tempat yang nyaman Biasanya foto box itu suka ada di tempat-tempat yang ramai, seperti mall, plaza dll. Nah kalian tinggal pilih tempat yang paling menarik perhatian dan tentunya bagus juga. 2. Ajak teman atau orang terdekat kita Pastinya nggak asik dong kalau kita foto-foto sendiri, apalagi kalo difoto box , kesannya itu bakalan nggak hidup, terus kita juga nggak ada temen buat ber-ekspresi. 3. Berganti gaya dengan cepat Kalian harus tau, Foto box nggak seperti foto biasa, jadi setiap satu kali foto, kita harus cepet-cepet ganti gaya lagi, soalnya foto box itu diwaktu. Jadi sebelum kita difoto, kita harus mikirin gaya dan ekspresi apa aja yang bakalan kita tunjukin. 4. Tunjukin gaya yang paling keren Sia-sia dong kalo pas lagi di foto, gaya kita cuma biasa-

One Team, One Spirit, One Goal !!

Pemberian Simulasi Penulisan Salah satu kru layout Xpresi (Imam) mempresentasikan dami buatannya Masih kru layout Xpresi (Teteng Randi) mempresentasikan dami halaman galerinya Reporter Xpresi, belajar wawancara dan membuat artikel Wawancara bertemakan kehidupan anak gank di sekolah Teteng, Imam dan Riko, simulasi membuat dami untuk halaman All crew Xpresi memulai simulasi

Senja dengan Biru

Aneh, menurutku aneh saja tiba-tiba ada wanita yang menghampiriku, mengulurkan tangannya,  duduk disebelahku tanpa dipersilahkan, dan menatap senja bersama-sama. Aku sendirian, dia pun sama. Kami tidak banyak bicara, tetapi kami merasa dekat satu sama lain. Aku mengenal Senja seperti senja yang biasa aku lihat, dia datang dan pergi begitu saja. Kami bertemu, di satu minggu itu kami selalu menatap senja bersama-sama. Kami hanya sebagai penikmat senja, yang kebetulan dipertemukan, atau mungkin memang ditakdirkan untuk bertemu. Ya, aku percaya Pencipta senja itu telah menyusun rencana untuk mempertemukan kami. “Mengapa namamu Senja?” tanyaku tanpa berharap jawaban. Tatapanku tidak bertitik, sesekali memang menoreh kepada Senja, tapi segera ku alihkan kembali kepada senja yang lain ketika dia mulai menyadari sedang diperhatikan. “Aku menyukai senja sejak kecil, orang tuaku juga sama-sama penikmat senja, kami selalu menikmati senja bersama,” ujar gadis bernama Senja itu. Rambutnya ya