Langsung ke konten utama

No, Kamu Full Kuliah?

Banyak yang nanya; “No, kamu di Purwokerto full kuliah? Atau sambil kerja juga?” Ini pertanyaan yang paling sering orang-orang tanya dari mulai saya masuk kuliah sampai sekarang udah masuk semester tiga. Yes, I’m full of study. Yakin study aja, No?

Awal-awal mutusin buat nerusin kuliah memang cukup berat. Pertama, saya harus resign dari kerjaan, saya harus pindah keluar kota dan stay disana, dan jauh dari keluarga juga. Dulu, sempat ragu sama rezeki Allah SWT karena mutusin buat resign. Saya mikir, kalau saya resign dan lanjutin kuliah, terus buat sehari-hari darimana ya? Masa sih harus minta lagi ke orang tua, bukannya semakin nambah umur semakin mandiri, lah ini malah balik lagi minta di biayain ke orang tua.

Rencana lanjutin kuliah memang udah ada dari dulu, sebagian dari cita-cita juga. Tapi, dulu rencananya bukan kayak gini. Saya emang kepengen lanjutin kuliah, tapi pakai uang sendiri, ya kuliah sambil kerja gitu deh, persis waktu S1. Jadi kuliah jalan, kerjaan juga tetap, dan yang penting masih bisa jajan ini itu pakai uang sendiri, HIHI.

Kegalauan itu pernah diomongin ke Mama, Papa juga. Overall mereka setuju dan mendukung banget sama kemauan saya. Mama udah siap ngasih biaya kuliahnya, Papa? Dulu sih rencananya mau dicarikan beasiswa di kampusnya, karena memang kebutulan di kampusnya tempat Papa kerja itu mau mengeluarkan beasiswa yang nantinya buat dijadikan dosen disana. Ya saya semakin semangat buat kuliah lah ya. Dulu pikirannya, oke lah enggak apa-apa keluar dari kerjaan, toh kuliah bisa dapat beasiswa juga. Finally, saya memutuskan untuk daftar, mengisi formulir, dan melengkapi segala persyaratannya.

Semua persyaratan sudah lengkap, tes tulis dan wawancara juga sudah. Tinggal menunggu hasil. Waktu itu saya masih bener-bener galau, resign or not. Tiba-tiba Papa ngasih tahu, kalau beasiswa yang pernah dibicarakan itu belum jelas statusnya. Eh, malah bilang jangan terlalu berharap, katanya. Duaarrr.... semakin galau lah saya, kalau enggak dapet beasiswa, terus yang mau biayain siapa? Mama sih bilang siap, tapi ya kalau bisa sambil nyari beasiswa juga katanya, biar enggak terlalu berat. Saya ceritain ke Mama, kalau beasiswa yang kata Papa itu kayaknya enggak jadi.

Mama memang orang yang paling peka dan paham banget sama anaknya. Waktu itu saya udah pasrah, ya mungkin lanjutin kuliahnya nanti saja. Tapi, Mama bilang; “Kuliah aja, No. Nanti rezekinya di kasih sama Allah SWT, tenang aja.”  Berat banget sebenarnya di umur sekarang yang seharusnya ‘ngasih’ ke orang tua, malah sebaliknya, semua kebutuhan balik lagi ditanggung Mama. Tapi ya gimana lagi, Mama juga kepingin banget ada anaknya yang lanjutin sekolah lagi, syukur-syukur bisa lanjutin profesinya. Jadi guru. Tapi, waktu itu anak-anaknya enggak ada yang mau lho jadi guru, banyak alasan ini itu. Saya juga nolak mentah-mentah tawaran kuliah di keguruan. Berasa bukan passion nya gitu deh.

Singkat cerita, saya keterima kuliah. Nah, ini fase dimana saya bertekad harus nyari kerjaan di Purwokerto. Kuliah cuma hari Jum’at dan Sabtu aja, gengs. Dari Minggu sampai Kamis mau ngapain? Bengong? Awal-awal di Purwokerto, saya semangat buat nyari kerjaan, ada bursa gawean, ya saya ikuti. Apply sana sini. Bukannya enggak keterima kerja, tapi rata-rata perusahaan mereka hari kerjanya dari Senin – Sabtu. Lah kuliahku piye? Akhirnya enggak saya ambil, karena prioritas tetap  kuliah.

Sambil nunggu kerjaan yang pas, saya nyambi jadi freelancer juga. Uangnya enggak gede, enggak sama sekali. Tapi lumayan lah, seenggaknya saya jadi punya kerjaan. Di pertengahan semester satu, saya iseng masukin lamaran ke salah satu kampus swasta. Eh, tau nya keterima setelah proses tes tulis, wawancara dan micro teaching. You must know, itu pertama kalinya saya micro teaching. Lah, saya enggak punya basic ngajar sama sekali dan belum pernah juga. Paling cuma presentasi di kampus, ngisi jadi pembicara tentang jurnalistik, sama nge-MC asal-asalan aja. Ini tiba-tiba harus micro teaching tentang Akuntasi Dasar. Yaampun, kalau kalian tahu, dulu waktu kuliah S1 itu saya asal-asalan banget deh, lebih banyak yang enggak ngertinya dibanding ngertinya. Tapi, puji syukur sama Allah SWT, saya dikasih kesempatan buat ngajar. Mungkin Allah SWT mau ngetes saya juga, disuruh belajar lagi, itung-itung pemanasan buat nanti. HIHI ❤❤

Ngajar cuma satu kali dalam seminggu dan cuma satu mata kuliah aja. Tapiiiii...... stresss warbyasah. Setiap mau ngajar saya stress dulu, takut enggak bisa all out. Takut gagal, dan banyak ketakutan lainnya. Lebih stress dari tugas kuliah yang segunung. Saya jalani dengan baik selama lebih kurang empat bulan. Yups, saya cuma masuk di pertengahan semester saja. Semester selanjutnya saya udah enggak ngajar lagi. Kenapa? Soalnya mata kuliah di semester selanjutnya memang benar-benar enggak saya kuasai. Jadi saya enggak berani buat ngajar. Nanti bukannya si mahasiswa ngerti, yang ada malah tambah pusing.


Sekarang saya balik lagi jadi mahasiswi ketjeh yang kerjaannya ngerjain tugas, nongkrong di sosmed, nonton, baca-baca, tiduurrr, dan masih jadi freelancer juga. Apa aja dikerjain selagi saya bisa dan itu positif, termasuk nulis-nulis syantik kek gini. HIHI 💓❤😍😗

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Saat Foto Box

Anak muda sekarang nggak foto-foto ? hmm... kayaknya kurang gaul deh, soalnya di jaman yang udah canggih ini, difoto itu udah jadi kebiasaan baru bagi remaja sekarang. Ada beberapa tips nih buat kalian yang suka foto box. 1. Pilih tempat yang nyaman Biasanya foto box itu suka ada di tempat-tempat yang ramai, seperti mall, plaza dll. Nah kalian tinggal pilih tempat yang paling menarik perhatian dan tentunya bagus juga. 2. Ajak teman atau orang terdekat kita Pastinya nggak asik dong kalau kita foto-foto sendiri, apalagi kalo difoto box , kesannya itu bakalan nggak hidup, terus kita juga nggak ada temen buat ber-ekspresi. 3. Berganti gaya dengan cepat Kalian harus tau, Foto box nggak seperti foto biasa, jadi setiap satu kali foto, kita harus cepet-cepet ganti gaya lagi, soalnya foto box itu diwaktu. Jadi sebelum kita difoto, kita harus mikirin gaya dan ekspresi apa aja yang bakalan kita tunjukin. 4. Tunjukin gaya yang paling keren Sia-sia dong kalo pas lagi di foto, gaya kita cuma biasa-

One Team, One Spirit, One Goal !!

Pemberian Simulasi Penulisan Salah satu kru layout Xpresi (Imam) mempresentasikan dami buatannya Masih kru layout Xpresi (Teteng Randi) mempresentasikan dami halaman galerinya Reporter Xpresi, belajar wawancara dan membuat artikel Wawancara bertemakan kehidupan anak gank di sekolah Teteng, Imam dan Riko, simulasi membuat dami untuk halaman All crew Xpresi memulai simulasi

Senja dengan Biru

Aneh, menurutku aneh saja tiba-tiba ada wanita yang menghampiriku, mengulurkan tangannya,  duduk disebelahku tanpa dipersilahkan, dan menatap senja bersama-sama. Aku sendirian, dia pun sama. Kami tidak banyak bicara, tetapi kami merasa dekat satu sama lain. Aku mengenal Senja seperti senja yang biasa aku lihat, dia datang dan pergi begitu saja. Kami bertemu, di satu minggu itu kami selalu menatap senja bersama-sama. Kami hanya sebagai penikmat senja, yang kebetulan dipertemukan, atau mungkin memang ditakdirkan untuk bertemu. Ya, aku percaya Pencipta senja itu telah menyusun rencana untuk mempertemukan kami. “Mengapa namamu Senja?” tanyaku tanpa berharap jawaban. Tatapanku tidak bertitik, sesekali memang menoreh kepada Senja, tapi segera ku alihkan kembali kepada senja yang lain ketika dia mulai menyadari sedang diperhatikan. “Aku menyukai senja sejak kecil, orang tuaku juga sama-sama penikmat senja, kami selalu menikmati senja bersama,” ujar gadis bernama Senja itu. Rambutnya ya