Langsung ke konten utama

Dilema Cinta Part II

ZAKY memang cowok yang baru aku kenal di kelas musikku beberapa hari yang lalu. Dia anak baru di tempat kursus musikku itu. Cukup baik, tampan dan sepertinya pintar. Tidak banyak yang aku tahu darinya, namun sepertinya dia yang selalu ingin tahu tentangku. Selalu menghubungiku, dengan pertanyaan yang menurutku tidak penting.

Lagi nulis, nggak tahu!
Send...
 

Seperti biasa, aku membalas pesannya dengan singkat. Anehnya, cowok itu tidak bosan sedikitpun untuk terus menghubungiku.

***
Sesekali cobaan Tuhan memang sulit untuk dipahami. Terkadang ingin rasanya untuk menghilang, pergi untuk selamanya, tidak ingin tahu lebih luas tentang dunia yang penuh dengan sandiwara ini. Lagi-lagi ibu dan ayah membuat kepalaku terasa berat. Selalu saja seperti itu, ibu keluar dari kamarnya dengan mata yang sembap.

”Kenapa lagi bu?” tanyaku dengan hati-hati.
”Nggak. Ibu mau keluar dulu sebentar. Kamu jangan kemana-kemana!”
Dahiku sedikit mengernyit. ”Mau kemana bu? Udah mau turun hujan lho!”
”Udah turuti saja kemauan ibu!”
Untungnya sore itu ibu hanya pergi membawa tas kecil, jadi pikiranku sedikit tenang, karena ibu tidak mungkin pergi lama.”Ya hati-hati bu. Kalau ada apa-apa kasih kabar.”

Sudah yang ke dua kalinya ibu mempunyai ayah yang bekerja selalu di luar kota. Kalau dibilang kesepian, aku yakin, ibu pasti merasa kesepian dengan kegiatan sehari-harinya sebagai guru dan mengurus rumah tangga tanpa dampingan seorang suami. Tapi, itulah ibu, selalu berusaha tegar dan tidak mempermasalahkan nasib yang diterimanya. Walaupun dengan ayah pertama ibu tidak bisa bertahan lama, namun sepertinya ibu menaruh harapan besar dengan ayah yang sekarang ini tinggal bersama kami.

Aku yakin, baik ibu maupun ayah kandungku mempunyai sedikit penyesalan karena sudah tidak bersama lagi. Ayah kandungku seorang bapak yang bisa mengajarkan tatakrama dan kemandirian kepada anak-anaknya, dan ibuku adalah seorang ibu yang bisa mengarahkan dan mengajarkan anak-anaknya arti hidup yang sebenarnya. Walau bagaimanapun, aku dan kakakku merasa sangat bangga mempunyai orang tua seperti mereka. Walaupun keduanya telah mempunyai keluarga yang baru, tetapi kami bangga dengan mereka. Mempunyai orangtua seperti mereka, merupakan anugrah terindah yang Tuhan berikan untuk aku dan kakakku.

Sekeras apapun ayah mendidik aku dan kakak, pasti ia mempunyai alasan tersendiri. Ayah membuat ibu dan aku menjadi wanita yang kuat dan mandiri. Dan sedikitnya, didikan ayah tersebut mulai terasa dikehidupanku.

***
Tidak kuduga, cara Zaky mendekatiku itu bisa membuatku luluh dan mulai tertarik dengannya. Padahal pertemuan kami tidak terlalu sering. Hanya sebatas SMS dan telepon.
Ada sesuatu yang bisa membuatku tertarik dan percaya dengannya. Bahkan tanpa aku sadari, aku mulai bercerita kehidupan pribadiku kepadanya. Semuanya berjalan tanpa jeda dan mengalir seperti air.

”Hai cewek jutek!” terdengar suara Zaky diseberang telepon sana.
”Hmm apa kamu cowok bawel? Mau nelpon kok nggak liat jam.”
”Hehehe maaf sayang, kamunya juga belum tidur kan?”

Deg.. sayang. Zaky memanggilku dengan kata sayang. Sepertinya jantung ini berdebar lebih kencang dari semestinya. Aku mulai merasakan darah mengalir lebih deras ditubuh mungilku ini. Sepertinya pipiku mulai memerah! ”Hah, sayang? Nggak salah denger tuh!”

”Iya sayang, nggak mau dipanggil itu ya? Yaudah deh aku nggak bakalan manggil itu lagi.”
Hah? Bukan. Bukan maksudku nggak suka dipanggil sayang, tapi... maksud sayang yang disebutkan tadi, sayang dalam arti apa? Kalimat itu hanya terlontar dipikiranku saja, sedikitpun aku tidak berani berkata 
seperti itu. ”Yee.. kamu nggak jelas ah!” akhirnya hanya kalimat itu yang bisa aku ucapkan ke Zaky.

Tuhan... apa aku mulai menyukainya? Apa aku mulai mengharapkannya?
Tidak! Tidak! Inget Han, kamu harus fokus, nggak boleh banyak memirkan yang tidak perlu dipikirkan!

”Lagi apa Han? Udah makan?”
Zaky berhasil membuat jantungku kembali normal lagi. Dia berhasil membuat topik baru!
”Hmm.. biasalah lagi bikin karangan bebas, hehe. Belum. Nanti aja deh, belum laper kok.” jawabku santai.
Walaupun aku ingin tahu alasan dia memanggilku dengan kata seperti itu, tetapi aku lebih memilih dia mengganti topik bahasan. Karena aku memang belum siap mendengar alasannya. Masih terlalu cepat, pikirku sekenanya.

”Kamu punya bakat menulis, kok cuma jadi pajangan file di komputer aja sih? Sekali-kali kirimin ke media dong Han, siapa tahu bisa terbit.”
”Hehe.. belum pede ah. Nanti aja kalau udah jadi beneran. Kamu mau baca tulisanku nggak?” tanyaku sengaja ingin diberikan masukan olehnya.
Yang aku tahu, Zaky adalah anggota komunitas sastra di kampusnya. Dan mungkin, dia bisa mengerti dengan cerita buatanku dan aku berharap mendapatkan masukan yang berarti.
”Boleh, dengan senang hati Han. Bisa main ke rumahmu dong ya? Hehe.”
”Haha, itu sih mau kamu. Besok aku kabari lagi ya. Udah mulai ngantuk nih!”
”Assssiiikkk... akhirnya bisa ketemu sama calon mertuaku nih. Oke deh, di tunggu ya kabarnya.”
”Haha, apaan sih? Oke, see you Ky.”
“See you too Hanum..”
Telepon sudah kami tutup. Tetapi aku masih saja memegangi handphone hitamku itu.
Malam ini kesedihanku bisa ditutupi olehnya. Aku lupa, padahal sore tadi masalah ibu membuatku pusing.
(bersambung)
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Saat Foto Box

Anak muda sekarang nggak foto-foto ? hmm... kayaknya kurang gaul deh, soalnya di jaman yang udah canggih ini, difoto itu udah jadi kebiasaan baru bagi remaja sekarang. Ada beberapa tips nih buat kalian yang suka foto box. 1. Pilih tempat yang nyaman Biasanya foto box itu suka ada di tempat-tempat yang ramai, seperti mall, plaza dll. Nah kalian tinggal pilih tempat yang paling menarik perhatian dan tentunya bagus juga. 2. Ajak teman atau orang terdekat kita Pastinya nggak asik dong kalau kita foto-foto sendiri, apalagi kalo difoto box , kesannya itu bakalan nggak hidup, terus kita juga nggak ada temen buat ber-ekspresi. 3. Berganti gaya dengan cepat Kalian harus tau, Foto box nggak seperti foto biasa, jadi setiap satu kali foto, kita harus cepet-cepet ganti gaya lagi, soalnya foto box itu diwaktu. Jadi sebelum kita difoto, kita harus mikirin gaya dan ekspresi apa aja yang bakalan kita tunjukin. 4. Tunjukin gaya yang paling keren Sia-sia dong kalo pas lagi di foto, gaya kita cuma biasa-

One Team, One Spirit, One Goal !!

Pemberian Simulasi Penulisan Salah satu kru layout Xpresi (Imam) mempresentasikan dami buatannya Masih kru layout Xpresi (Teteng Randi) mempresentasikan dami halaman galerinya Reporter Xpresi, belajar wawancara dan membuat artikel Wawancara bertemakan kehidupan anak gank di sekolah Teteng, Imam dan Riko, simulasi membuat dami untuk halaman All crew Xpresi memulai simulasi

Senja dengan Biru

Aneh, menurutku aneh saja tiba-tiba ada wanita yang menghampiriku, mengulurkan tangannya,  duduk disebelahku tanpa dipersilahkan, dan menatap senja bersama-sama. Aku sendirian, dia pun sama. Kami tidak banyak bicara, tetapi kami merasa dekat satu sama lain. Aku mengenal Senja seperti senja yang biasa aku lihat, dia datang dan pergi begitu saja. Kami bertemu, di satu minggu itu kami selalu menatap senja bersama-sama. Kami hanya sebagai penikmat senja, yang kebetulan dipertemukan, atau mungkin memang ditakdirkan untuk bertemu. Ya, aku percaya Pencipta senja itu telah menyusun rencana untuk mempertemukan kami. “Mengapa namamu Senja?” tanyaku tanpa berharap jawaban. Tatapanku tidak bertitik, sesekali memang menoreh kepada Senja, tapi segera ku alihkan kembali kepada senja yang lain ketika dia mulai menyadari sedang diperhatikan. “Aku menyukai senja sejak kecil, orang tuaku juga sama-sama penikmat senja, kami selalu menikmati senja bersama,” ujar gadis bernama Senja itu. Rambutnya ya