Langsung ke konten utama

Anniversary untuk Dinda

Sudah setengah jam Dinda menunggu, ya menunggu Alif sahabat yang kini menjadi pacarnya. Dua tahun Dinda dan Alif selalu bersama, bersama-sama dalam menjalin persahabatan bukan menjalin hubungan pacaran. Baru enam bulan Dinda dan Alif berpacaran, namun mereka sudah terlihat seperti pasangan yang sudah lama. Bagaimana tidak, dulu sewaktu mereka bersahabat, mereka selau pergi berdua, kemanapun dinda pergi pasti alif ada di dekatnya. Orang tua Dinda dan Alifpun sudah mengenali mereka, bahkan mereka menyetujui hubungan anak-anaknya itu.
     Alif yang selalu mengisi hari-hari dinda dengan penuh warna, dan Dinda yang selalu mengerti apa kemauan Alif membuat mereka terlihat selalu bahagia. Tanggal 22 November hari dimana mereka mengutarakan isi hati keduanya. Jauh sebelum mereka berpacaran, sahabat-sahabat Dinda maupun Alif sudah tahu kalau Alif dan Dinda itu memang saling suka, namun mereka diam dan pura-pura tidak tahu, karena mereka yakin sahabatnya itu cepat atau lambat pasti akan tahu perasaan keduanya.
     Hari ini tanggal 22 Mei mereka genap enam bulan. Sejauh ini tidak ada masalah yang besar yang mereka hadapi. Keduanya saling mengerti satu sama lain dan selalu percaya akan pasangannya. Dinda memang gadis yang sangat baik, penurut dan cerdas, banyak laki-laki di kampusnya yang menyukainya. Dinda adalah anak pertama sekaligus terakhir dari keluarga yang cukup mapan. Tidak jauh berbeda dengan Alif, ia juga lelaki yang sangat tampan, manis, berbadan atletis dan juga pandai mengaji. Bagaimana tidak pandai mengaji, selama 3 tahun alif bersekolah di pesantren, ya lebih jelasnya ia bersekolah disekolahnya sendiri. Alif adalah putra dari pemilik pesantren itu.

“alif kemana ya? Kenapa dia belum jemput juga sih?”dinda sedikit mencemaskan kekasihnya itu.
Alif memang tidak pernah terlambat apalagi untuk merayakan hari jadi hubungannya itu.

abi dimana? Ko lama?
Mau jadi nggak perginya?
Abi nggak apa-apa kan?

Sederet pertanyaan itu dinda kirimkan melalui SMS.
Pesan tersampaikan Abiku.
Pertanda SMS telah disampaikan dengan sukses.  panggilan sayang mereka memang Abi dan Umi.
Pukul satu lebih tiga puluh menit, sudah satu jam dinda menunggu alif untuk menjemputnya.
“alif, kamu dimana sih?” gerutu dinda kesal.
Dari semenjak dinda mengirimkan SMS, nggak ada satupun SMS yang yang masuk dari Alif.
“kamu kenapa sayang?” tiba-tiba ibu datang dari arah dapur.
“nggak bu, lagi kesel aja sama alif. Enggak biasanya dia terlambat sampai telat kayak gini”.
“coba telfon dong! Jangan terlalu cemas lah, mungkin alif sedang ada urusan dulu” ibu menyarankan.
“iya” jawabku singkat sambil membawa telpon genggamku yang ku simpan di atas meja.
Ku cari kontak nama di handphoneku, kutemukan nama yang sudah familiar di layar Hpku itu, nah ini dia Abiku
 Ku pencet tombol Panggil di HP ku itu”
Kenapa tidak terpikir sejak tadi ya? Pikirku sambil menunggu telpon itu tersambung.
“tuutt....tuutt...tuutt...tuutt...tuuutttttt..!!!!!!!!!! tidak ada jawaban sama sekali, alif kemana sih?” lagi-lagi dinda menggerutu.
     Dinda semakin cemas, terlihat dari muka dan juga tingkahnya. Memang baru kali ini dinda menunggu Alif selama ini, biasanya Alif yang selalu menunggu Dinda. Dinda memang kesal kepada Alif, namun ia juga hawatir kepada kekasihnya itu.
     “SMS aku nggak di bales,Telponku juga enggak di angkat-angkat. Aliffff kamu keman sih? Jangan bikin aku khawatir dong!” dinda makin kesal, kali ini ia berteriak kecil.
     “diangkat nggak din telponnya?” tanya ibu.
     “enggak bu, aku harus gimana dong? Padahal hari ini tanggal jadian kita bu, seharusnya Alif jangan terlambat seperti ini” jelas dinda dengan nada payau.
     Ya Allah, Alif dimana? Apakah dia baik-baik saja? Padahal hari ini aku berencana untuk merayakan hari jadi kita, aku ingin bercerita banyak kepadanya ya alloh. Aku ingin dihari ini kita bisa mengenang masa-masa indah yang pernah kita lalui.
     “tuuuttt...” di tengah lamunan dinda, tiba-tiba ia di kejutkan dengan bunyi SMS di Hpnya.
     Segera dinda mengambil handphone nya, berharap SMS yang bunyi itu dari Alif.
     “Sona?” dinda mengernyitkan alis matanya. Kecewa dan sedikit bingung juga ketika ia melihat di layar handphonenya itu tertera nama Sona, bukan nama Alif. Sona adalah sahabat terdekat Alif setelah Dinda.
     Kubuka SMS itu.
din, cepat kesini!
Aku tunggu kamu di tempat biasa.
Ini masalah Alif.
PENTING

Dinda duduk terpaku,  mencoba menguraikan kata demi kata di SMS itu. Tiba-tiba dinda meneteskan air matanya.
     “abi...abi...abi...kenapa abi??”suara dinda pelan.
     Bergegas dinda membawa tas yang berada di kamarnya.
     “ibu.. dinda pergi” teriak dinda sambil berlari.
     Alif kenapa, alif kenapa, alif kenapa? Kata-kata itu terus muncul di pikiran dinda. Selama di perjalanan dinda tak henti memikirkan Alif. Mobil yang di naikinya sedikit lebih cepat dari biasanya.
     “sona, mana alif? Alif kenapa? Cepat katakan. Alif kenapa?” dinda langsung melontarkan sederet pertanyaan itu. Saat ini tak ada yang lebih penting selain Alif.
     “tenang dong din, Alif ada kok! Tapi dia sedikit berbeda dari biasanya din” sona mencoba menenangkan dinda.
     “berbeda gimana sih? Alif nya mana? Aku mau ketemu Alif sekarang” dinda semakin tak sabar.
     “happy aniversary sayang, maaf ya mi abi jailin umi heheh...” tiba-tiba Alif datang dengan membawa kue bertuliskan anniversary tiga bulan.
     “arrgghhhh.... aabbii........ jaahhaatttttt” dinda memukul alif sambil tersenyum bahagia
     “kamu itu bikin aku khawatir tau, di telpon kok nggak di angkat-angkat. Awas ya kalo ngulangi lagi”
     “iya umi sayang, janji deh nggak bakalan ngulangi lagi. Habisnya abi bingung mau bikin surprise apaan, eh tiba-tiba si Sona ngasih ide gini, yaudah deh abi ikutin.heheh...” jelas Alif.
     Dinda dan Alif memang selalu meerayakan hari jadi mereka. Mereka selalu memberikan kejutan yang berbeda setiap bulannya. Mungkin dengan kejutan seperti ini membuat mereka terus dekat dan lebih memahami satu sama lain.
“makasih abi” dinda memeluk Alif bahagia.
     Alif hanya tersenyum melihat dinda seperti itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Saat Foto Box

Anak muda sekarang nggak foto-foto ? hmm... kayaknya kurang gaul deh, soalnya di jaman yang udah canggih ini, difoto itu udah jadi kebiasaan baru bagi remaja sekarang. Ada beberapa tips nih buat kalian yang suka foto box. 1. Pilih tempat yang nyaman Biasanya foto box itu suka ada di tempat-tempat yang ramai, seperti mall, plaza dll. Nah kalian tinggal pilih tempat yang paling menarik perhatian dan tentunya bagus juga. 2. Ajak teman atau orang terdekat kita Pastinya nggak asik dong kalau kita foto-foto sendiri, apalagi kalo difoto box , kesannya itu bakalan nggak hidup, terus kita juga nggak ada temen buat ber-ekspresi. 3. Berganti gaya dengan cepat Kalian harus tau, Foto box nggak seperti foto biasa, jadi setiap satu kali foto, kita harus cepet-cepet ganti gaya lagi, soalnya foto box itu diwaktu. Jadi sebelum kita difoto, kita harus mikirin gaya dan ekspresi apa aja yang bakalan kita tunjukin. 4. Tunjukin gaya yang paling keren Sia-sia dong kalo pas lagi di foto, gaya kita cuma biasa-

One Team, One Spirit, One Goal !!

Pemberian Simulasi Penulisan Salah satu kru layout Xpresi (Imam) mempresentasikan dami buatannya Masih kru layout Xpresi (Teteng Randi) mempresentasikan dami halaman galerinya Reporter Xpresi, belajar wawancara dan membuat artikel Wawancara bertemakan kehidupan anak gank di sekolah Teteng, Imam dan Riko, simulasi membuat dami untuk halaman All crew Xpresi memulai simulasi

Senja dengan Biru

Aneh, menurutku aneh saja tiba-tiba ada wanita yang menghampiriku, mengulurkan tangannya,  duduk disebelahku tanpa dipersilahkan, dan menatap senja bersama-sama. Aku sendirian, dia pun sama. Kami tidak banyak bicara, tetapi kami merasa dekat satu sama lain. Aku mengenal Senja seperti senja yang biasa aku lihat, dia datang dan pergi begitu saja. Kami bertemu, di satu minggu itu kami selalu menatap senja bersama-sama. Kami hanya sebagai penikmat senja, yang kebetulan dipertemukan, atau mungkin memang ditakdirkan untuk bertemu. Ya, aku percaya Pencipta senja itu telah menyusun rencana untuk mempertemukan kami. “Mengapa namamu Senja?” tanyaku tanpa berharap jawaban. Tatapanku tidak bertitik, sesekali memang menoreh kepada Senja, tapi segera ku alihkan kembali kepada senja yang lain ketika dia mulai menyadari sedang diperhatikan. “Aku menyukai senja sejak kecil, orang tuaku juga sama-sama penikmat senja, kami selalu menikmati senja bersama,” ujar gadis bernama Senja itu. Rambutnya ya