Langsung ke konten utama

Serpihan Masa Lalu (Part II)


Lagu Opick yang mengalun dari HP touchscreen membuatku semakin terisak. Kepalaku terasa sangat berat dan sakit. Kesedihanku semakin menjadi ketika melihat foto keluarga yang terpampang di dinding kamar itu. Kenangan masa lalu, semakin menari-nari di pikiranku. Foto itu membuatku teringat akan masa kecilku.

Kenangan dimana aku bisa tersenyum bahagia disaat semua keluargaku terkumpul, kenangan dimana aku pernah menerima pelukan hangat ketika papa pulang dari tempat kerjanya. Pelukan hangat dan kecupan di kening itu sungguh sangat berarti untukku, sepertinya saat itu aku merasa menjadi manusia yang sempurna, mempunyai keluarga yang sangat menyayangiku. Kebahagiaanku juga semakin bertambah dengan adanya sesosok kakak yang begitu telatennya melindungiku, seorang kakak yang selalu mengajakku ketika ia bermain. Sungguh, aku sangat merindukan saat-saat seperti itu.

Tangisanku itu terhenti ketika mendapatkan pesan singkat dari seseorang yang cukup membuatku kembali tersenyum. Memang pesan itu hanya pesan biasa, tetapi ketika aku terjatuh dan ada seseorang yang datang disaat yang tepat, dan ia memberikan perhatian yang lebih untukku, itu semua terasa sangat berarti. Tuhan, terimakasih, aku sungguh percaya akan janjimu.

Aku sadar, kesedihan itu tidak boleh berlangsung lama, dan aku sangat berterima kasih karena ada pesan itu yang telah membuatku merasa seperti berada di bumi lagi. Waktu yang berlalu sekitar tiga jam di rumah kosong itu, berhasil membuatku tersadar dan kembali bergerak untuk maju. Aku berhasil membuat pemikiran positif yang aku yakini suatu saat nanti akan membawaku ke arah yang lebih baik. Pikiran itu terus berkembang dan semakin menjadi, dan aku meyakini itu. Aku beranjak, bangkit dan mengusap air mata.

Ku pandangi cermin yang ada di kamar itu, aku berikan semangat untuk jiwaku sendiri, aku yakin bahwa yang dapat merubaha hidupku itu adalah aku sendiri, bukan orang lain.
Drrrtt…drrt..drrtt…
HP ku bergetar lagi, dan saat ku lihat nama pengirimnya, ternyata masih sama dengan pengirim pesan sebelumnya. Dimas. Akhir-akhir ini nama itu selalu memenuhi pesan di HP-ku. Memang belum lama kami saling mengenal, mungkin baru sekitar tiga minggu. Waktu yang singkat namun cukup berkesan. Ku baca pelan-pelan isi pesan tersebut.

Hati-hati, kalau sudah tenang, langsung pulang!
Lagi-lagi aku tersenyum menerima pesan singkatnya itu. Ah.. dia benar-benar bisa membuatku tenang.

Ok… !! balasku singkat.

Kini aku tahu, ketika aku merasa sedih dan kalah, yang ku butuhkan itu adalah sendiri di tempat yang tenang. Ya karena dengan sendiri itu, aku bisa belajar untuk menyelesaikan masalah dan berpikir untuk tidak kalah dengan situasi.
Aku teringat percakapan singkat dengan saudaraku yang berada di luar pulau. Dia berkata, kalau aku itu harus bisa menjadi seseorang yang bisa dibanggakan oleh keluarga, atau kalau bisa oleh negara sekaligus. Memang sih sepertinya sulit dan tidak mungkin, tetapi kalau kita berusaha dan mencoba untuk merealisasikannya, menurutku tidak ada yang tidak mungkin.
Ada satu lagi kalimat yang dia ucapkan di percakapan singkat itu, dan menurutku kalimat itu sangat tepat sekali.

“Yang harus kamu ingat dan patuhi di keluarga itu adalah mama. Karena dia yang berjasa besar untuk hidupmu, biarkan saja papamu, karena dia memang seperti itu. Turuti dan jangan pernah sekalipun mengecewakan mamamu,” ujarnya mengakhiri percakapan itu.

Huaahh… kata-kata itu membuatku diam dan membisu. Jarang sekali saudaraku itu menasehatiku. Tapi.. thanks a lot deh buat dia. Cukup memberikanku jalan untuk hidup kembali.

“Saatnya untuk pulang,” ucapku sambil tersenyum.

Ku raih tas dan HP yang aku simpan di atas tempat tidur itu. Sambil melaju keluar dari kamar dan rumah yang penuh dengan cerita itu, aku mengirimkan pesan singkat untuk Dimas.

Aku pulang sekarang, kamu lagi dimana?

Sedikit ragu-ragu sih untuk memencet tombol send di layar HP ku itu, tapi setelah ku pikir-pikir, akhirnya salah satu jariku ini menekannya, dan berhasil mengirim pesan singkat itu.
Tanpa menunggu lama, Dimas membalas pesanku itu dengan gayannya yang menurutku sangat khas.

Hati-hati, aku lagi di kampus, ada rapat organisasi. Sampai rumah, langsung kabarin ya..
Degg.. tiba-tiba jantungku ini berdetak lebih cepat. Tersenyum sambil heran membaca pesan itu.
“Kok jadi deg-degan kayak gini ya? Apa aku mulai suka sama dia?” pertanyaan itu mulai muncul di otakku dan sungguh membuatku tersenyum malu-malu.
Sepeda motor yang sudah aku naikki itu, tidak kunjung aku jalankan, bahkan untuk di-starter pun tidak. Aku lebih memilih untuk membalas pesan dari Dimas daripada bergegas untuk pulang. Aku yang terlalu berharap, atau memang dia yang memberikan perhatian lebih untukku? Ahh… benar-benar membuatku bingung.

Pepatah yang mengatakan “Habis Gelap Terbitlah Terang” itu sepertinya sekarang ini sedang hinggap pada hidupku. Ya, setelah berjam-jam aku menangis dan merasa kalah, tiba-tiba sekarang aku mulai tersenyum sendiri, dan merasa sangat bahagia.

“Pergantian rasa yang sangat cepat,” pikirku sambil mulai melajukan sepeda motor berwarna hitam itu. (bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Saat Foto Box

Anak muda sekarang nggak foto-foto ? hmm... kayaknya kurang gaul deh, soalnya di jaman yang udah canggih ini, difoto itu udah jadi kebiasaan baru bagi remaja sekarang. Ada beberapa tips nih buat kalian yang suka foto box. 1. Pilih tempat yang nyaman Biasanya foto box itu suka ada di tempat-tempat yang ramai, seperti mall, plaza dll. Nah kalian tinggal pilih tempat yang paling menarik perhatian dan tentunya bagus juga. 2. Ajak teman atau orang terdekat kita Pastinya nggak asik dong kalau kita foto-foto sendiri, apalagi kalo difoto box , kesannya itu bakalan nggak hidup, terus kita juga nggak ada temen buat ber-ekspresi. 3. Berganti gaya dengan cepat Kalian harus tau, Foto box nggak seperti foto biasa, jadi setiap satu kali foto, kita harus cepet-cepet ganti gaya lagi, soalnya foto box itu diwaktu. Jadi sebelum kita difoto, kita harus mikirin gaya dan ekspresi apa aja yang bakalan kita tunjukin. 4. Tunjukin gaya yang paling keren Sia-sia dong kalo pas lagi di foto, gaya kita cuma biasa-

One Team, One Spirit, One Goal !!

Pemberian Simulasi Penulisan Salah satu kru layout Xpresi (Imam) mempresentasikan dami buatannya Masih kru layout Xpresi (Teteng Randi) mempresentasikan dami halaman galerinya Reporter Xpresi, belajar wawancara dan membuat artikel Wawancara bertemakan kehidupan anak gank di sekolah Teteng, Imam dan Riko, simulasi membuat dami untuk halaman All crew Xpresi memulai simulasi

Senja dengan Biru

Aneh, menurutku aneh saja tiba-tiba ada wanita yang menghampiriku, mengulurkan tangannya,  duduk disebelahku tanpa dipersilahkan, dan menatap senja bersama-sama. Aku sendirian, dia pun sama. Kami tidak banyak bicara, tetapi kami merasa dekat satu sama lain. Aku mengenal Senja seperti senja yang biasa aku lihat, dia datang dan pergi begitu saja. Kami bertemu, di satu minggu itu kami selalu menatap senja bersama-sama. Kami hanya sebagai penikmat senja, yang kebetulan dipertemukan, atau mungkin memang ditakdirkan untuk bertemu. Ya, aku percaya Pencipta senja itu telah menyusun rencana untuk mempertemukan kami. “Mengapa namamu Senja?” tanyaku tanpa berharap jawaban. Tatapanku tidak bertitik, sesekali memang menoreh kepada Senja, tapi segera ku alihkan kembali kepada senja yang lain ketika dia mulai menyadari sedang diperhatikan. “Aku menyukai senja sejak kecil, orang tuaku juga sama-sama penikmat senja, kami selalu menikmati senja bersama,” ujar gadis bernama Senja itu. Rambutnya ya